aaWnxJmZI5JY8FKCUvVg7FjFvZvkz69jLNXN7cby

Kerajaan Hindu Buddha Indonesia: Sriwijaya

Kerajaan Hindu Buddha Indonesia yaitu Kerajaan Sriwijaya

Adanya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha berkembang pada zaman kerajaan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. 

Dalam bidang politik, sistem pemerintahan masyarakat Indonesia mengalami perubahan dalam bentuk pemerintahan kerajaan.

Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha antara lain ada Kerajaan Sriwijaya. Berikut penjelasan dan prasasti-prasasti yang ditinggalkan dari Kerajaan Sriwijaya.


Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha yang berdiri di Pulau Sumatra. 

Menurut George Coedes, letak Kerajaan Sriwijaya berada di tepi Sungai Musi atau sekitar Bukit Siguntang dan Kota Palembang.

Keberadaan Kerajaan Sriwijaya diketahui melalui enam prasasti yaitu:

  • Kedudukan Bukit
  • Talang Tuo
  • Telaga Batu
  • Kota Kapur
  • Ligor
  • Karang Berahi

Bukti tertulis mengenai Kerajaan Sriwijaya juga disebutkan dalam berita Cina melalui nama-nama seperti Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih yang diyakini para ahli sebagai Sriwijaya.

Adapun dalam berita arab, Sriwijaya disebut dengan Zabag, Zabay, atau Sribuza.

Menurut prasasti Kedudukan Bukit Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada tahun 682 Masehi.

Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa. Pada masa kejayaan, Sriwijaya mampu menjelma sebagai kerajaan maritim yang menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional di Asia Tenggara.

Sriwijaya menguasai Selat Malaka, Tanah Genting Kra, dan Selat Sunda. Sriwijaya memiliki kedudukan yang kuat karena menjadi pelabuhan transito yang ramai disinggahi kapal asing.

Adapun keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu banyak wilayah kerajaan vassal (bawahan) yang ingin melepaskan diri, serangan dari kerajaan Cola pada tahun 1017 Masehi, serta serangan Raja Kertanegara dari Singasari pada tahun 1275 Masehi.


Semoga Bermanfaat!


Related Posts

Related Posts

Posting Komentar