aaWnxJmZI5JY8FKCUvVg7FjFvZvkz69jLNXN7cby

Perlawanan Rakyat Aceh dan Rakyat Maluku Terhadap Portugis dan VOC

Perlawanan Rakyat Aceh, Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap Portugis dan VOC

Perlawanan bangsa Indonesia terhadap bangsa Barat pertama kali dilakukan pada tahun 1511. Pada saat itu bangsa Indonesia berjuang melawan dominasi Portugis dalam kegiatan perdagangan dalam wilayah Malaka.

Pada abad-17 (XVII) VOC mulai membangun kekuasaannya di Indonesia. Meskipun hanya dalam sebuah kongsi dagang, VOC bertindak seperti sebuah negara yang mengancam kekuasaan raja-raja di Indonesia.

Keberadaan Portugis dan VOC tersebut mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh dan Rakyat Maluku sebagai berikut.


Perlawanan Rakyat Aceh

Pada tahun 1511 Portuhgis berhasil menguasai Malaka. Portugis juga berusaha menaklukkan Aceh agar dapat memonopoli perdagangan laba di wilayah Indonesia.

Praktik monopoli Portugis di Malaka sebenarnya memberi keuntungan bagi Aceh.

Aceh tumbuh menjadi pelabuhan transit yang ramai. Akan tetapi, kedudukan Portugis di Malaka menjadi ancaman sekaligus hambatan bagi Sultan Iskandar Muda untuk mewujudkan cita-citanya menguasai Malaka.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, rakyat dari Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka dengan tujuan mengusir Portugis dari Malaka. Akan tetapi, serangan ini mengalami kegagalan.

Pada tahun-tahun berikutnya, rakyat Aceh dan Portugis melakukan aksi saling serang. Namun, keduanya sama-sama tidak dapat saling menjatuhkan.

Pada tahun 1641 Portugis akhirnya keluar dari Malaka karena kedatangan VOC. VOC mampu menggantikan kedudukan Portugis menguasai perdagangan di Malaka. 


Perlawanan Rakyat Maluku

Kepulauan Maluku merupakan pusat penghasil rempah-rempah yang dikuasai oleh dua kerajaan yang saling bersaing, yaitu Ternate dan Tidore. 

Persaingan kedua kerajaan tersebut semakin memanas seiring kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol di Maluku sejak tahun 1511. 

Dalam perkembangannya, Kerajaan Ternate bekerja sama dengan Spanyol dan Kerajaan Tidore bekerja sama dengan Portugis. Akan tetapi, kerja sama Ternate dan Tidore tidak berlangsung lama karena berdasarkan Perjanjian Saragosa, Spayol harus meninggalkan Maluku.

Setelah Spanyol meninggalkan Maluku, Portugis melancarkan tujuannya untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Bahkan, Portugis ikut campur dalam urusan pemerintahan Ternate.

Tindakan Portugis tersebut akhirnya memancing kemarahan rakyat Ternate. Oleh karena itu, rakyat Ternate bangkit melakukan perlawanan terhadap Portugis di bawah pimpinan Sultan Hairun (1534-1570).

Perlawanan rakyat Maluku berlanjut pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583). Sultan Baabullah memimpin perlawanan rakyat dengan menyerang pos-pos perdagangan dan pertahanan Portugis di Maluku.

Akhirnya, pada tahun 1575 Portugis meninggalkan Maluku. Setelah berhasil mengusir Portugis, rakyat Maluku kembali mengadakan perlawanan terhadap VOC pada tahun 1680.

Perlawanan terhadap VOC mulcul karena VOC berupaya memonopoli perdagangan rempah di Maluku. Selain itu, VOC menguasai Tidore. Akhirnya, Sultan Nuku dari kerajaan Tidore mengobarkan perlawanan kepada VOC.


Semoga Bermanfaat!

Related Posts

Related Posts

Posting Komentar