aaWnxJmZI5JY8FKCUvVg7FjFvZvkz69jLNXN7cby

10 Puisi Sapardi Djoko Damono Part 2

Puisi, Sapardi Djoko Damono, Kumpulan Puisi




KETIKA JARI-JARI BUNGA TERBUKA

ketika jari-jari bunga terbuka
mendadak terasa: betapa sengit
cinta Kita
cahaya bagai kabut, kabut cahaya; di langit.

menyisih awan hari ini: di bumi
meriap sepi yang purba;
ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata, suatu pagi
disayap kupu-kupu, di sayap warna

swara burung di ranting-ranting cuaca,
bulu-bulu cahaya: betapa parah
cinta Kita
mabuk berjalan, diantara jerit bunga-bunga rekah


SAJAK PERKAWINAN

cahaya yang ini, Siapakah?
(kelopak-kelopak malam
berguguran) kaki langit yang kabur
dalam kamar, dalam Persetubuhan

butir demi butir
(Kau dan aku, aku
dan serbuk malam) tergelincir
menyatu

Perkawinan tak
di mana  pun,
tak kapan  pun kelopak demi kelopak terbuka
malam  pun sempurna


BUNGA-BUNGA DI HALAMAN

mawar dan bunga rumput
di halaman; gadis yang kecil
(dunia kecil, jari begitu
kecil) menudingnya

mengapakah perempuan suka menangis
bagai kelopak mawar, sedang
rumput liar semakin hijau swaranya
di bawah sepatu-sepatu

mengapakah pelupuk mawar selalu
berkaca-kaca; sementara tangan-tangan lembut
hampir mencapainya (wahai, meriap
rumput di tubuh kita)

Baca Juga: 10 Puisi Sapardi Djoko Damono Part 1

PERTEMUAN 

perempuan mengirim air matanya
ke tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan
ke landasan cakrawala; kepalanya di atas bantal
lembut bagai bianglala

lelaki tak pernah menoleh
dan di setiap jejaknya: melebat hutan-hutan,
hibuk pelabuhan-pelabuhan; di pelupuknya sepasang matahari
keras dan fana

dan serbuk-serbuk hujan
tiba dari arah mana saja (cadar
bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh)
ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini


DI BERANDA WAKTU HUJAN

Kau sebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari
yang menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan
warna-warni bunga yang dirangkaikan) yang menghapus
jejak-jejak kaki, yang senantiasa berulang
dalam hujan. Kau di beranda.
sendiri, “Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan
tak pernah kau lihat, yang menjelma semacam nyanyian,
semacam keheningan) terbang; kemana pula suit daun
yang berayun jatuh dalam setiap impian?”

(Dan bukan kemarau yang membersihkan langit,
yang perlahan mengendap di udara) kau sebut cintamu
penghujan panjang, yang tak habis-habisnya
membersihkan debu, yang bernyanyi di halaman.
Di beranda kau duduk
sendiri, “Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu,
menghindar dari pandangku; di mana pula
(ah, tidak!)rinduku yang dahulu?”

Kau  pun di beranda, mendengar
dan tak mendengar kepada hujan, sendiri,
“Di manakah sorgaku itu: nyanyian
yang pernah mereka ajarkan padaku dahulu,
kata demi kata yang pernah kau hapal

bahkan dalam igauanku?” Dan kausebut
hidupmu sore hari (dan bukan siang
yang bernafas dengan sengit
yang tiba-tiba mengeras di bawah matahari) yang basah,
yang meleleh dalam senandung hujan, yang larut.
Amin.


JARAK

dan Adam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan
dan kita tiba-tiba di sini
tengadah ke langit; kosong sepi


JANGAN CERITAKAN 

bibir-bibir bunga yang pecah-pecah
mengunyah matahari,
jangan ceritakan padaku tentang dingin
yang melengking malam-malam – lalu mengembun

Baca Juga: 10 Puisi Sapardi Djoko Damono Part 3

TENTANG MATAHARI 

Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang ada di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
“Ini matahari! Ini matahari!” –
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanaya kau menghela
baying-bayangmu itu.


CERMIN, 1 

cermin tak pernah berteriak; ia  pun tak pernah
meraung, tersedan, atau terisak,
meski apa  pun jadi terbalik di dalamnya;
barangkali ia hanya bisa bertanya:
mengapa kau seperti kehabisan suara?


 CERMIN, 2 

mendadak kau mengabut dalam kamar, mencari-cari dalam cermin;
tapi cermin buram kalau kau entah di mana, kalau kau
mengembun dan menempel di kaca, kalau kau
mendadak menetes dan tepercik ke mana-mana,
dan cermin menangkapmu sia-sia
Related Posts

Related Posts